Ijazah Terbaik

Ketika perlahan gerbang terbuka dan langkah kaki mulai menyapa dunia

Di bawah langit yang menawarkan cerah maupun gulita

Aku tidak ingin menjadi seseorang yang pandai menggulung ritme kehidupan dan menciut atas keadaan

Yang menolak berpaling hanya karena ujian menyapa perlahan

Yang menolak mengibarkan bendera tanda kekalahan

Yang tak pula beringsut atas tamparan kecurangan tangan-tangan bersih yang dibasuh berkali-kali tanpa kuman


Aku ingin berdiri menjangkau mimpi dengan sendiri

Menghadirkan kebahagiaan yang tercipta dari kesederhanaan

Tak berlomba menjadi pemuas nafsu telinga manusia

Tetap mampu merapal mantra agar semestanya baik-baik saja

Di atas kening yang mulai ditumbuhi serat nasibnya


Aku tidak ingin hidup dengan membungkus kekejaman seperti sejarah yang acap kali diceritakan

Ketika kebenaran hanya bisa bersuara di atas pecahan kaca

Ketika keberanian tanpa bunyi seperti sunyi yang tidak pernah punya pita suara 

Seperti penguasa berdendang di atas panggung sandiwara dan berakhir di depan jeruji penjara

Yang perlahan bertelanjang bulat, menggali kuburannya sendiri dan menelannya lamat-lamat

Aku menolak!

Aku menolak menjadi domba-domba yang dicambuk pasrah digiring ke kandang dengan teriakan tuannya


Sebab telah kudekap dengan erat apa itu marwah pendidikan

Yang selalu mencari jawaban dari luar pun dari dalam diri sendiri

Yang membebaskan bukan menjinakkan

Yang tak menjadi pengundang provokasi dan melahirkan pertikaian

Yang di otak lusuhnya tetap lahir ilham yang merobek ketidakadilan

Yang membela jiwa-jiwa tak terdengar, terpasung jauh dari jangkauan

Yang ku bebas menatap dunia dari kompas terbaik yang sedang kucipta


Aku punya kehendak atas apa yang kusebut  dengan pencapaian

Dengan kepal tangan dan keteguhan sikap segaris dengan prinsip yang tak pernah hilang untuk ku dekap

Maka, hal terbaik yang bisa ku hadirkan setelah tali toga berpindah, bukanlah jazah

Melainkan tangan yang terus memainkan penanya dan menjalani kehidupan dengan penuh tanda tanya.

Sampai harga damai itu tak perlu dinego

Sembari menunggu raga dan nama hancur menjadi kepungan kasih dan kembali.


Komentar

Postingan Populer